Tuesday, March 13, 2007

The Pursuit Of Happyness & Marie Antoinette

Ketika Kebahagiaan Harus Diperjuangkan

Kedua film ini jelas berbeda dari berbagai sisi tapi gw melihat satu masalah yang sama yaitu bagaimana caranya mendapatkan kebahagiaan, different background, different situation, different way to reach the happiness but in the same direction "pursuit the happiness"

The Pursuit of HappYness (bukan I) menceritakan kisah perjalanan hidup Chrish Gardner (Will Smith) yang ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga kelindes truk dan dikencingin rame-rame (hehe mirip nasib temen yang satu ini). Chrish bekerja sebagai salesman untuk alat scanner tulang dengan angka penjualan yang sangat memprihatinkan, untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, istrinya sampai harus mengambil 2shift kerja. Tapi itu pun belum cukup untuk membayar kontrakan yang udah nunggak, bayar pajak, bayar tagihan, dll. Istrinya yang sudah tahan lagi memutuskan untuk berpisah, pengasuhan anak jatuh ke tangan Chrish karena Chrish tidak ingin anaknya, Christhoper (Christopher Smith) bernasib seperti dia yang baru mengenal ayahnya setelah umur 28thn. Chrish akhirnya diterima sebagai pegawai trainee di perusahaan future setelah dengan gigihnya selalu mendekati staff HRD-nya, namun inipun tanpa gaji selama 6bln. Bersama anaknya mereka menjadi gelandangan, berangkat kerja dengan membawa baju dan tentu saja scanner-nya; berjuang mempertahankan scannernya dari pencurian akibat kebodohannya sendiri, karena hanya itu yang menghidupinya; mengurangi minum ditempat kerja agar bisa menelfon dengan efektif; bergegas pulang agar dapat antrian rumah singgah, fuihhh....beratzz. Berbeda dengan film kebanyakan dimana tokoh utamanya akhirnya berhasil & sukses maka selalu muncul kehidupannya yang "WAH" di akhir film, di film ini benar-benar dititikberatkan pada perjuangannya memperoleh kebahagiaan.

Marie Antoinette (Kirsten Dunst) menceritakan kisah seorang gadis muda yang demi kelangsungan kerajaannya, Austria dinikahkan dengan calon raja perancis Louis XVI (Jason Schwartzman). Di usianya yang masih sangat muda dia harus siap menjadi pusat perhatian, "all eyes will be on you" begitu pesan sang ibunda. Untuk mendapatkan tahta kerajaan Marie Antoinette harus segera memiliki keturunan, berulangkali ibunya mendesaknya untuk segera memiliki anak dan menyalahkan dia karena Louis XVI tidak pernah menyentuhnya. Dia semakin tertekan ketika adik Louis XVI memiliki anak terlebih dahulu. Untuk mengobati kegelisahannya dia mulai beraksi seperti layaknya wanita (kaya) pada umumnya, busana, model rambut, sepatu, topi dan tentu saja pesta. Atas bantuan kakak Marie, akhirnya Louis XVI bisa melaksanakan "tugas" dan merekapun dikaruniai 1 putri yang cantik dan 2 orang putra (yang salah satunya akhirnya meninggal). Dari kesenangannya berpesta dia bertemu seorang Comte ganteng (make bangetz) yang menjadi selingkuhannya. Kehidupan foya-foyanya yang terus berlangsung bahkan disaat masyarakat perancis kekurangan akibat membantu perang Amerika membuatnya di usir.

Kebahagiaan bagi tiap orang berbeda-beda wujudnya dan untuk meraihnya memilih jalan yang berbeda pula. Kebahagiaan menurut ukuran diri kita belum tentu sama dengan orang lain, sehingga qt tidak perlu memaksakan apa yang menurut qt bisa mendatangkan kebahagiaan, biarlah masing-masing menempuh jalannya sendiri menuju suatu hal yang bisa membuat hati bahagia, hal terpenting adalah "jangan pernah menyerah untuk meraih kebahagiaan"!

1 comment:

Hedi said...

karena udah 2 orang yang merekomendasi, nanti saya cari dvd-nya dan saya tonton :D
Thanks.

SekadarBlog